SEJARAH JANTIKO MANTAB
&
DZIKRUL GHOFILIN
Pada tahun 1964, Gus Miek sedang
sowan kepada gurunya yaitu Nabi Khidir dan Nabi Ilyas. Lalu Gus Miek
diperintahkan mendirikan wirit Aurot Lailiyah. Lailiyah itu dalam bahasa arab
artinya dzikir di waktu malam. Pada tahun 1965 Aurot Laliyah didirikan pertama kali
di Kelurahaan Kauman Tulungagung. Isi dari Aurot Lailiyah diantaranya terdapat
di Al – Qur’an seperti Al- Fatehah, Asmaul Husna, Ayat Kursy, lalu para wali
dan para ulama di seluruh dunia dikirimi surat Al - Fatehah. Seperti yang di dhawuhkan
Gus Miek “Ulama sesepuh yang dikirimi Fatehah oleh orang-orang yang tertera
atau tercantum dalam Dzikrul Ghofilin itu yang akan saya dan kalian ikuti di
akherat nanti”. Awal Aurot Lailiyah, pertama kali jamaahnya tidak lebih dari 5
orang dan dipimpin langsung oleh Gus Miek dan berjalan sampai 5 tahun, lalu di
teruskan oleh sahabat - sahabatnya, berjalan sampai tahun 1975. Aurot Lailiyah
diganti namanya menjadi Dzikrul Ghofilin, dalam bahasa arab yang artinya dzikirnya
orang-orang yang lupa (maksudnya kita manusia ini yang senantiasa lupa pada
Allah, lalu dengan dzikir ini ditekankan supaya ingat selalu kepada Allah
dimanapun kita berada).
Dahulu terjadi banyak pertentangan
terhadap Dzikrul Ghofilin oleh para kyai besar, termasuk Kyai dari Lirboyo,
Ponorogo, Jember, Jombang, Pasuruan, dll. Akhirnya Gus Miek Hijrah ke Jember
menggandeng KH. Ahmad Shiddiq lalu di Pasuruan menggandeng KH. Hamid Abdillah,
di Kediri menggandeng KH. Mundzir, di Magelang menggandeng KH. Dalhar. Beliau–beliau
adalah wali dan tokoh yang dihormati oleh masyarakat disana. Tujuannya adalah
menyebarkan Dzikrul Ghofilin lewat Kyai besar yang menjadi tokoh disitu, meskipun
begitu masih banyak yang tidak cocok, mungkin banyak yang iri, su’udzon
terhadap Gus Miek.
Pada tahun 1986 semaan Al – Qur’an
didirikan menggunakan nama JANTIKO, semaan Al- Qur’an adalah kegiatan membaca
dan mendengarkan Al – Qur’an berjama'ah atau bersama - sama, sekalian
mendengarkan Al - Qur'an juga bersama - sama melakukan ibadah sholat wajib
secara berjamaah juga sholat - sholat sunnah yang lain, dari ba'da Shubuh
hingga khatamnya Al - Qur'an, seperti dhawuh Gus Miek ”Dalam sema’an ada
seorang pembaca Al - Qur’an, Huffazhul Qur’an dan Sami’in”. Seperti ditegaskan oleh
sebuah hadits: Baik pembaca maupun pendengar setia Al - Qur’an pahalanya sama.
Malah di dalam ulasan tokoh lain dikatakan: “Pendengar itu pahalanya lebih
besar daripada pembacanya. Sebab pendengar lebih main hati, pikiran, dan
telinganya. Pendengar dituntut untuk lebih menata hati dan pikirannya dan lebih
memfokuskan pendekatan diri kepada Allah SWT”. Beberapa tahun kemudian ditambah
kata MANTAB. Jantiko diambil dari bahasa jawa yang artinya anti kolir,
maksudnya jamaah anti putus asa, ngresulo, maksiat meskipun segi ekonomi atau
fikiran jamaah lemah atau kurang ( “Fuqoro” ). Terbukti meskipun fuqoro namun
setelah ikut Dzikrul Ghofilin dan semaan Al – Qur’an banyak yang menjadi rajin
ibadah. Dan kata MANTAB diambil dari
bahasa arab, MANTABA yang artinya orang - orang yang bertaubat.
SEKIAN CUPLIKAN SEJARAH DARI JANTIKO MANTAB & DZIKRUL
GHOFILIN, SEMOGA BERMANFAAT DAN LANGGENG SAMPAI ILAYAUMIL QIAMAH.
AMIN…
---====000====---
INGAT..!!
Dhawuh Gus Miek “Pengamal dan penderek Dzikrul Ghofilin yang
berhasil adalah yang punya perasaan tidak lebih baik dan tidak lebih suci dari
orang lain. Namun jika mempunyai perasaan lebih suci dari orang lain, maka
orang itu gagal dalam mengamalkan Dzikrul Ghofilin“
Yang berhak menerima warisan Jantiko Mantab dan Dzikrul
Ghofilin hanya putra – putra dan cucu Gus Miek saja. Haram hukumnya untuk orang
lain yang mengaku sebagai pemilik, pewaris atau penerima Jantiko Mantab dan
Dzikrul Ghofilin.
Putra – putra Gus Miek :
- Gus Tajud
- Gus Sabuth
- Gus Robet
- Gus Dewo
- Neng Alfina
- Neng Dannis
*****
Download MP3 :
Group facebook : http://goo.gl/BXcB1